Sunday, 22 March 2020

Kondisi pendidikan daerah yang memprihatinkan dibalik wabah covid-19






Topanal Gustiranda


Musibah yang mulai didengar diawal tahun 2020 di Indonesia dari negeri tirai bambu menjadi fokus permasalahan di Indonesia pada saat sekarang ini, bahkan menjadi topik pembicaraan oleh masyrakat di dunia saat ini. Kasus ini mulai menjadi fokus pemerintahan Indonesia pada awal maret yang menyebabkan 2 orang WNI terkena virus covid-19 dan silang beberapa hari penyebaran virus covid-19 menyebabkan korban dalam jumlah yang banyak.

Pemerintah menyampaikan kabar duka terkait pasien positif virus corona atau yang mengidap penyakit covid-19 di Tanah Air. Jumlah pasien meninggal setelah mengidap covid-19 di Indonesia kini jumlahnya menjadi 38 kasus per 21 Maret 2020. Hingga Sabtu ini, diketahui bahwa secara total ada 450 pasien covid-19 di Indonesia (kompas.com).

Penyebaran virus ini sangat cepat terjadi disebabkan interaksi masyarakat di Indonesia yang sangat sulit di kendalikan, pelaksanaan kegiatan dalam jumlah yang banyak dalam satu lokasi, pasar tradisional dan pasar modern, mall dan tempat-tempat lainnya yang dianggap menjadi tempat mudahnya virus ini menyebar. Pemerintah melihat kondisi yang sangat sulit dikendalikan mengeluarkan kebijakan Belajar, Bekerja dan Beribadah di rumah masing-masing. Kebijakan ini diterapkan demi menekan penyebaran virus covid-19 menjadi lebih luas lagi.

Kebijakan yang telah ditetapkan oleh Presiden RI telah diterapkan oleh  pimpinan daerah yang berujung pada surat edaran untuk penetapan siswa, mahasiswa untuk belajar dirumah, serta kepada para pekerja untuk dapat bekerja di rumah/Work From Home (WFH). Penetapan kebijakan WFH ini dianggap merupakan cara yang tepat untuk mengontrol penyebaran covid-19 di Jakarta dan daerah sekitarnya. Tentu WFH telah ditentukan tata cara pekerjaan dan telah ditentukan pekerjaan yang bagaimana yang bisa WFH, karna tentu tidak semua pekerjaan yang bisa dilaksanakan dengan WFH, seperti: tukang parkir, pedagang keliling, driver online dll. Pekerja yang tidak bisa WFH tentu menjadi perhatian penting untuk kita semua agar mampu memberikan edukasi mengenai tata pelaksana kerja yang bersih dalam menjaga kesehatan diri.

Namun setelah saya coba survey ke salah satu daerah di Indonesia, penerapan WFH khususnya bagi siswa di daerah menjadi permasalahan yang sangat berat bagi mereka. Kenapa ? jawabannya karna perekonomian keluarga yang dominan berada pada tingkat rendah, sehingga sangat sulit untuk memiliki perangkat komunikasi yang mendukung untuk pembelajaraan daring. Ada sebagian mereka yang berkata “bagaimana mungkin kami orang tua bisa mendampingi anak kami untuk melakukan pembelajaran daring sedangkan kami gagap teknologi dan memiliki pendapatan yang cukup untuk makan?”. Seketika mendengar itu saya terdiam dan membenarkan didalam hati, bahwa teriakan mereka perlu dipertimbangkan dan perlu diketahui oleh para pimpinan di Negara ini. Pelaksanaan pembelajaran daring tentu harus didukung dengan SDM dan Sarana serta prasarana yang mencukupi.

Sekarang bagaimana pemerintah daerah memberikan solusi?? mungkin bisa berupa sosialisasi dan penyediaan sarana dan prasarana untuk masyarakat daerah dalam menjalankan kebijakan yang berlaku pada saat sekarang ini. Dan saya sangat yakin, banyak daerah-daerah lain di Indonesia ini merasakan hal yang sama, dilain sisi sistim ini sangat bagus dalam meminimalisir penyebaran covid-19 namun dilain sisi juga menjadi suatu beban pikiran bagi masyarakat dikalangan bawah.




No comments:

Post a Comment